Robbanaa hablanaa min azwajinaa wadzurriyaatinaa qurrota a’yun waj alnaa lil muttaqiina imaamaa

Selasa, 18 Januari 2011

~ HAKIKAT KEHIDUPAN ~

Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi beberapa jam lagi, bahkan beberapa detik ke depan. Waktu terus berlalu seiring perjalanan hidup seseorang menuju kematiannya. Bergantinya hari mendekatkannya pada saat yang telah ditetapkan itu. Kenyataan sesungguhnya keberadaan kita di dunia ini. Inilah kehidupan yang pendek dan menipu, di mana daya tarik duniawi tampak mempesona dan sangat menjanjikan. Namun kenyataannya sungguh berbeda....





HAKIKAT HIDUP DIDUNIA

Segala puji bagi Allah Ta’ala , kita memohon pertolongan hanya kepadaNya, shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi junjungan kita, nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam -yang tidak ada nabi setelahnya- juga kepada keluarga serta para sahabatnya sampai hari pembalasan.

Hakikat tercelanya dunia

Tidak kita pungkiri bahwa dunia diciptakan Allah Ta’ala tidak untuk hal yang sia-sia, bahkan merupakan tanda kebesaranNya. Wajib kita mengetahui, bahwa celaan terhadap dunia yang terdapat di dalam Al-qur’an dan As-sunnah, tidak ditujukan kepada zaman yang ada di dunia, yang berupa malam dan siang yang saling bergantian sampai hari kiamat, karena Allah Ta’ala menjadikan keduanya silih berganti sebagai pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran atau orang yang mau bersyukur. Celaan tersebut tidak juga tertuju kepada tempat dunia, yaitu bumi beserta isinya baik benda hidup, atau benda mati, yang Allah Ta’ala telah ciptakan semuanya untuk anak keturunan Adam ‘Alaihissalam sebagai hamparan dan tempat tinggal penghidupan mereka. karena itu semua termasuk nikmat Allah Ta’ala yang mengandung banyak manfaat bagi hamba-hambaNya, serta dengannya manusia bisa mengambil pelajaran dan petunjuk tentang ke-Esaan, kekuasaan dan keagungan penciptanya.

Namun, celaan itu tertuju kepada perbuatan manusia yang terjadi di dunia, karena perbuatan mereka tidak dilakukan dengan cara yang bisa menghasilkan kebajikan, bahkan hasilnya akan merugikan atau tidak bermanfaat bagi mereka. sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : “ketahuilah, bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megahan diantara kalian, serta berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan anak (QS. Al-Hadid: 20)

Tidak ada yang kekal di dunia

Allah Ta’ala berfirman: Semua yang ada di bumi akan binasa (QS. Ar-Rahman: 26) itulah keadaan dunia, tidak sesuatupun didunia ini yang kekal, bahkan dunia sendiri akan hancur apabila hari Kiamat telah tegak. oleh karenanya apabila dunia ini dilihat dengan kaca mata ilmu syari’at akan semakin yakin bahwa kenikmatan yang ada didalamnya adalah ujian, kehidupan didalamnya hanyalah permainan dan senda gurau saja. dan penghuninya dalam keadaan takut, bimbang antara segala kenikmatannya yang akan segera sirna atau musibah yang akan menghampirinya atau kematian yang tak segan-segan menjemputnya. barangsiapa yang merasa cukup dan ridho dengan yang halal saja akan dihisab, dan yang terjerumus kepada keharaman akan menuai akibatnya, Allah Ta’ala berfirman: setiap yang bernyawa akan mati. dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan kedalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. (QS. ‘Ali-Imran: 185) yang merasa cukup dengan dunia saja adalah sebuah fitnah baginya, yang bangga dengannya adalah sebuah kesedihan, kemudian yang menggandrunginya adalah sebuah kehinaan.

Keadaan manusia di dunia

Di dunia ini manusia terbagi menjadi dua golongan. yang pertama, yaitu golongan orang-orang yang mengetahui hakikat dunia ini, bahwasannya dunia tidak lain hanyalah tempat singgah sementara yang akan cepat sirna, dan... mengetahui secara pasti bahwasanya dunia adalah sarana jalan menuju penghidupan yang kekal dan abadi, mereka merasa ridho dengan segala keadaan, hati mereka merasa tenang dengan agamanya, mereka itulah hamba-hamba Allah Ta’ala yang akan mendapatkan kemenangan disisiNya, dunia tidak memalingkan mereka dari melaksanakan ketaatan kepada Tuhannya, senantiasa memikirkan tempat kembali setelah akhir hayatnya, dan menyibukkan beramal untuk kampung akhiratnya. Mereka itu akan merasa tenang di kehidupan dunia dan akan mendapatkan kemenangan kelak di kehidupan akhirat, dan golongan yang kedua yaitu orang-orang yang bodoh yang buta matanya sehinggga tidak melihat hakikat dunia, tidak bisa menyingkap akibat buruk dari harta yang ia punya, hanya nampak perhiasan, kesenangan yang kemudian terfitnah olehnya, mereka merasa kekal, nyaman, tenteram tinggal di dalamnya sehingga lalai dari mengingat Allah Ta’ala. Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam firmanNya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan dirinya sendiri. mereka itulah orang-orang yang fasik” (Al-Hasyr: 19) dan mereka itulah orang-orang yang Allah Ta’ala sebutkan dalam Al-Qur’an surat Yunus 7-8 yang Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan juga orang-orang yang melalaikan ayat kami. mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan”. tujuan mereka hanya bersenang-senang dengan kehidupan dunia dan meraih harta yang sebanyak-banyaknya, sebelum ajal menghampirinya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orng kafir itu bersenang-senang (didunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. dan neraka adalah tempat tinggal mereka”. (QS. Muhammad: 12)

Zuhudlah di dunia

Al-kisah ada seorang laki-laki datang kepada Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam ketika sampai dihadapan beliau laki-laki tersebut bertanya: wahai Rasululllah, tunjukan kepadaku suatu amalan, yang apabila aku amalkan Allah akan mencintaiku, demikian juga manusia akan mencintaiku. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Zuhudlah di dunia, maka Allah pasti akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain, pasti manusia akan mencintaimu” (HR. Ibnu Majah dan yang lainnya dengan jalan hasan).

Para Ulama’ mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang sangat agung, yang mana didalamnya terkandung kaidah-kaidah Islam yang seorang muslim senantiasa berjalan diatasnya. sebuah amalan yang sangat mulia, apabila dikerjakan Allah Ta’ala akan mencintainya dan manusia juga akan mencintainya. Inilah hakikat kebaikan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Kemudian apakah amalan tersebut? amalan tersebut adalah zuhud, yaitu dengan meninggalkan perkara-perkara duniawi, bukan maksudnya meninggalkan apa-apa yang dibutuhkan dirinya dan keluarganya, seperti meninggalkan mencari rizki yang halal, karena ini adalah perkara yang dilarang. akan tetapi, yang dimaksud zuhud disini adalah meninggalkan semua perkara yang tidak dibutuhkannya didunia seperti harta yang berlebihan. maka seorang yang zuhud adalah orang yang senantiasa berhati-hati terhadap perkara yang merugikan dirinya baik dunia maupun akhirat.
Kezuhudan tumbuh dari keyakinan terhadap akhirat yang kekal dan abadi, yang dibandingkan dengan kehidupan dunia yang fana. jikalau manusia mau berfikir dengan akal sehatnya, tentu dia akan meyakini bahwa akhirat jauh lebih baik dibandingkan dunia dan seisinya.

Perkataan Ulama’ tentang zuhud

Yunus bin Maisarah -Rahimahullah- berkata: “Bukanlah zuhud terhadap dunia dengan mengharamkan yang halal, dan tidak juga juga menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah engkau lebih percaya pada apa yang ada di Tangan Allah Ta’ala dari apa yang engkau miliki, dan keadaanmu baik ketika tertimpa musibah ataupun tidak tertimpa musibah adalah sama, serta kamu bersikap sama terhadap orang yang memujimu maupun yang mencelamu dalam kebenaran”
Rabi’ah -Rakhimahullah- berkata: Inti dari zuhud adalah mengumpulkan sesuatu dengan cara yang haq dan meletakan pada tempatnya yang haq.

Ibnu mubarak -Rahimahullah- berkata: “Zuhud ada tiga sisi: pertama mengikhlaskan amal dan perkataan untuk Allah Ta’ala dengan tidak mengharap dunia sedikitpun dari amalan itu. yang kedua, meninggalkan hal-hal yang tidak baik dan mengerjakan hal-hal yang baik, dan yang ketiga, zuhud terhadap sesuatu yang halal, ini perkara yang tathawu’ (tidak wajib) dan ini tingkatan yang paling rendah.
Abu Sulaiman Ad-Darani -Rahimahullah- berkata: “zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang menyibukkanmu dari Allah.

Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Zuhud terhadap dunia adalah pendek angan-angan (terhadap dunia) dan bukanlah zuhud terhadap dunia dengan memakan makanan yang kasar atau memakai mantel yang terbuka depannya.
Maksudnya adalah bahwa pendek angan-angan akan menyebabkan kecintaan untuk bertemu Allah Ta’ala dengan keluar dari dunia, sedang panjang angan-angan mengakibatkan senang tetap tinggal didunia, kemudian maksud perkataan Sufyan Ats-Tsauri juga bahwa kezuhudan tidaklah diukur dari hal-hal yang nampak saja, seperti seseorang yang kelihatan dekil, kotor karena tidak pernah mandi, atau seperti pengemis yang berjalan dengan membawa tongkatnya, serta berpakaian compang-camping, kumal karena tidak pernah ganti, atau karena sedemikian zuhudnya hingga tidak mau memakai pakaian lagi, ini semua tidak bisa dijadikan tolok ukur kezuhudan seseorang oleh sebab itu Abu Sulaiman -Rakhimahullah- berkata: “janganlah engkau memberi persaksian kepada seseorang bahwa dia adalah zuhud karena zuhud berada didalam hati manusia”.

Zuhud tidak juga diartikan miskin karena para sahabat Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam yang tidak diragukan lagi akan kezuhudannya, tidak semuanya miskin, Abu Sulaiman -Rahimahullah- berkata: Utsman bin ‘Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf -Radhiallahu’anhuma- mereka berdua adalah sahabat yang kaya raya dan perbendaharaan Allah dibumi.

Dunia atau akhirat ?

Mengingat dunia bukanlah tempat singgah yang kekal dan abadi dan bukan juga tujuan utama orang beriman, maka keadaan orang mu’min tidak terlepas dari dua keadaan, yang pertama seperti orang asing yang tinggal diluar negeri, sehingga yang terpenting baginya adalah perbekalan untuk kembali ke negeri asalnya. adapun yang kedua seperti pengembara (musafir) yang tidak menetap, dirinya hanya istirahat ditengah-tengah perjalanan kemudian melanjutkan perjalanannya kembali. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabada: “Jadilah engkau didunia ini, seakan-akan orang asing atau pengembara (musafir)” (HR. Bukhari) kemudian dalam sabdanya yang lain: “apa peduliku terhadap dunia, perumpamaan diriku dengan dunia seperti halnya seorang pengendara yang berteduh dibawah pohon untuk istirahat kemudian meninggalkannya” (HR.Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad tirmidzi berkata hadits hasan shahih). kemudian simaklah sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya: “Tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti salah seorang dari kalian yang memasukkan jarinya ke lautan, maka perhatikan seberapa (air) yang dia dapatkan”.

Wallahu'alam